cerpenku-Pasar Malam di Tokyo

Namaku Hikari Akai. Umurku sepuluh. Panggil aku Hikari. “Hikari, kimono pesananmu sudah datang!”seru Tama, adikku. Kimono indahku sudah datang! Run.. run… run… o me gosh!

Benaaar!! Sebuah kimono berwarna pink dengan motif bunga sakura tampak indah menggantung dengan gantungan baju di lemari. Kimono tiu terbuat dari sutra yang mahal, dan itu dibelikan paman Ari di Taiwan!!! “Aku dapat selop dan VCD Power Ranger, lho, kaak!!”kata Tama yang muncul sambil memeluk sebuah bungkusan berukuran sedang. “di surat paman, paman menulisnya.”

“Ada amplop juga kok buatmu. Ini diaa,”ibu merogoh sakunya dan menyerahkan sebuah amplop putih. Untuk keponakan Paman, Hikari Hai sayang, bagaimana kabarmu…? Paman sangat merindukan kamu, saudara-saudaramu, semuanya deh. Heheeee… Tante Eri sebagai istri paman sangat paman rindukan…. 🙂 Paman menumbuhkan jenggot dan kumis lho… hihi, lucu deh. O iya, paman jadi gendut karena makanan Taiwan menurut paman sangat enak..!! mungkin enam bulan lagi, paman akan pulang dan mampir ke rumahmu. Ibumu mengirim surat tentangmu yang ngambek gara-gara nggak punya kimono baru. Kebetulan, apartemen yang paman tinggali ada took khas Jepangnya. Paman akhirnya membeli empat kimono. Satu untuk ibumu, tante Eri, untukmu dan untuk Nenek Hajima. Lalu, dua tamiya untuk Ashi dan Rumi, lima selop untuk adikmu, Rumi, Ashi, ibumu dan Tante Eri..!!! serta dua VCD Power Ranger untuk adikmu dan Ashi. Semoga kamu senang, yaaa… kamu kan udah punya selop yang sangat indaaah, jadi, maaf ya ga paman beliin… Nanti mampir kesini yaaa… Paman Ari. PS: kimonomu sangat mahal dan terbuat dari sutra, tapi nggak pa-pa untuk ponakan paman yang waktu itu telah setia melewati hujan deras berguntur dan berpetir untuk menemui paman di tempat main mahjong, mengantarkan payung sampai kau flu berat esoknya….

“La la laa,”sorakku.

“Sayang, kau akan memakainya di pasar malam besok..??”Tanya ayah.

Aku mengangguk bangga. “Pasti Azumi, Iza dan Asuko kagum pada kimonoku yang baru ini,”pikirku riang.

“Aku dibelikan kimono baru berwarna biru dengan hiasan awan-awan putih. Mahal, lho!”pamer Iza. “dan aku juga membeli selop baru serta konde dan tusuk rambut, serta beberapa anting. Hebat, kan..??”seperti biasa, dia sok kaya. “Aku tetap memakai kimono lamaku. Hanya saja, nenek memberi konde lamanya untukku. Selopku tetap selop biasa… fuuh,”keluh Asuko. “Huh, kamu orang miskin, sihh,”kata Iza sombong. Semua orang sudah terbiasa dengan sikap Iza yang sombong dan suka merendahkan orang lain. “Aku membeli kimono baru tadi malam bersama mama, papa dan Riina, tapi kuberi pada Furai, tetangga kami yang sangat-sangat miskin dan tidak pernah memiliki kimono sepanjang hidupnya. Jadi, aku tetap memakai kimono lamaku.”kata Azumi tanpa rasa sombong, seperti biasa. “Aku dibelikan Paman Ari yang ada di Taiwan kimono baru yang sangat indah, walau selopku tak baru,”kataku. “Kimonoku sangat lembut dan halus, ringan lagi. Bahannya bagus! Kualitasnya juga,”kata Iza dengan nada teramat sombong. “Kimonoku dari sutra!”seruku kesal. Iza menyebalkan sekaliiiii!!! Jeritku dalam hati. Iza jelek sombong aneh laaah, temen setaaaan, rutukku dalam hati. Iza tertegun, lalu segera berbalik marah dan berjalan tegas sambil ngedumel, “dasar Hikari jelek, sombong!!!” “Kamu yang sombong!!! Cih, males temenan ama kamu!”jeritku sambil berjalan pergi dengan marah, menuju warung teh Bu Sakki untuk meminum secangkir teh hijau hangat yang pasti akan menentramkan hatiku. “Tujuh yen, ya bu. Uangnya pas.”aku menaruh tiga koin yang berjumlah tujuh yen di meja Bu Sakki karena aku ketagihan minum teh hijaunya, dan ada mochi! Aku membeli sekotak mochi dan aku minum tiga cangkir teh hijau hangat sambil ngadu ke Bu Sakki tentang Iza yang sombongnya keterlaluan, dan Bu Sakki hanya berkata lembut dan perlahan, seolah menasehati, “Ibu nggak terlalu ngerti Iza, tapi Ibu cukup bersimpati padamu dan kita semua tahu Iza sangat sombong, jadi sabar saja”. “Oke. Sebaiknya kamu segera masuk kelas karena lima menit lagi, pelajaran IPA akan mulai dan kamu boleh pulang, sayang,”kata Bu Sakki sambil mengambil cangkir bekasku. Aku berlari menuju kelas karena puas, soalnya aku udah curhat gitu dan itu mendinginkan hatiku… ceilaa. “Akai, Yuza membawa kue yang cukup besar diolesi krim coklat dengan selai strawberry di taman sekolah!! Aku mengambil empat potong kue.. yummy! Cepatlah sebelum kehabisan, dan itu jelas banget buatan maminya,”kata Xaisi Uzai, anak blasteran Filipina yang bertubuh gendut dan pipinya chubby(baca:cabi) sambil berlari riang menuju warung teh Bu Sakki. “Mami Yuza selalu membuat kue yang enak rasanya. Tak ada salahnya aku kesana dan mencoba sepotong kue dan makasih atas infonya, Xaisi!”aku berlari menuju taman sekolah. Yuza duduk di bangku, dirubungi anak-anak yang ingin mencoba kuenya. “Yuzaaaaaa!!!”seruku. “aku mau sepotong kuemu…!!”Yuza menoleh dan melambai, lalu berteriak. “Okeeee, Hikarii!!! Pastiii!!!”aku pun mendekatinya setelah menyingkirkan anak-anak yang merubung dan aku duduk di dekat Yuza. “Aku merasa lebih terhormat jika kau ambil lebih dari sepotong sih, sebenarnya. Ellen Mackerell, gadis berkacamata besar yang baru pindah sebulan lalu—mungkin kau tak kenal, dia nggak supel—memesan empat potong kueku…!! Kau lebih tidak terhormt lho—hanya kuperingatkan—dari anak aneh itu jika kau memakan kurang dari empat atau empat. Zioko dan Fuko menyerah, mereka hanya sanggup masing-masing makn tiga!!! HAHAHA!!”tawa Yuza sambil memberikan sepotong kuenya padaku, dan langsung kulahap habis. Enaaak!! “Mungkinkah aku dapat satu-dua potong lagi..??”tanyaku ketagihan. Yuza tersenyum dan memberikan sepotong kuenya padaku, dan memberikan dua potong pada Sakichi Ui. “Mmmm.. hahh, hahh, agak engap, tapi enak.. selai stroberinya asam dan manis… enak! Aku bisa minta sepotong lagi nggak..??”Yuza tersenyum dan memberiku lagi… Kejadian itu datang lagi hingga aku makan 5 ½ potong kue… lalu, aku menuju ke kelas, dan kulihat Iza yang baru membuka pintu, dan aku langsung berlari untuk menduluinya.. aku bisa, dan ketika kubukaaa… “HIKARI AKAI!!! IZA FUKUIMARUU!!! KENAPA KALIAN TERLAMBAT, HAHH..??!!??”seru Bu Gaini, guru IPA, dengan galak. “CEPAT BERDIRI DI DEPAN KELAS, SAMBIL MENGANGKAT SATU KAKI DAN KEDUA TANGAN MEMEGANG HIDUNG, DAN SATU KAKI YANG MENAHAN BERJINJIIIT!!”aku dan Iza menurut… iikh, keseeel!!!!!!!!!!!!!!!!! “Bu, apa penampilanku cantik.??”tanyaku. Aku memakai kimonoku, dan rambut coklat panjangku dikonde dengan konde pink dan dikasih tusuk rambut putih bercorak bunga sakura dengan anting pink besar. Aku pakai lipgloss pink berkilau dan alisku dikasih pinsil alis cokelat, dan aku pakai bedak dikit. “Sangat, sayang!! Benar, kau tak ingin ikut menonton di bioskop bersama ayah, ibu, dan Tama…??”Tanya ibu. Aku menggeleng. “Dah ibuu!”seruku sambil melambai. Diluar sudah ada Iza, Azumi dan Asuko. Aku dan Iza pun bermaafan supaya pasar malam ini menjadi menyenangkan. “Kimonomu bagus banget!!”komentar Azumi dan Asuko. Iza hanya mendesah, “lumayan,” Ketika di pasar malam, banyak mata menatapku. Aku pun bersikap semanis mungkin. “Hihi, kok kayaknya aku tuh jadi pusat perhatian, ya…??? Ahh, Asuko, kamu kan cantik, tapi kamunya aja yang miskin and kuno, nggak beli kimono baruu, jadi jelek and basi daah!! Azumi juga, padahal kan kamu lebih ‘mending’ daripada Asuko kalo kimonomu nggak dikasiin ke si ‘Furai’ atau siapa ituu!! Iza, terus terang, kimonomu tak sebagus punyaku, kan..?? sudahlah, punyamu tuh emang jelek!!”ejekku. iza, Azumi dan Asuko menunduk. “Ayo cepet, kita ikut permainan ‘tangkap ikan koi dengan jarring dari kertas’!! aku pasti menang!!”seruku. aku mentraktir mereka, dan kami pun berlomba-lomba. Aku dapat ikan koi, pertama lagiii!!! Habis itu, kami beli arum manis.. enaak. “Aku lagi kaya, jadi kutraktir!! Emnag kalian, yang gak pernah nraktiiir..??”ejekku sambil tertawa. “Kyaaa! Siluman penyobek!!”orang-orang berseru. Siluman penyobek di kotaku terkenal. Dia benci orang-orang kaya yang memiliki kimono-kimono atau harajuku bagus, dan diia membawa silet untuk membelah kimono orang-orang, tak lihat umur. Bet, bet, bett!!!!!!!!!!! Itu aja… “Huh!! Kalian semua tak awas, siih!! Makanya, waspada, dong, kayak akuu!!”seruku sombong. “Haruki… kimonomu.. robek!!”seru Asuko gemetar. Aku membalikkan badan danmelihat ek belakang. Aku dapat melihat dari bawah pinggul, kimonoku terbelah. Untung saja aku memakai celana jeans sebetis. “KYAAAAAAAAAAAAAAA!!! Kimono sutraku!!!!”aku menjerit, lalu menangis dan berlari pulang sampai ke rumah, dan menceritakan kejadian itu pada ibu yang sudah pulang karena mengkhawatirkanku. “Hikari… maaf…”muncul Iza, Asuko dan Azumi. “Maaf, untuk apa..??”tanyaku sambi terisak-isak di pangkuan Ibu. “Maaf… ya maaf,”kata Iza sambil memelukku. Asuko dan Azumi juga turut mendekapku. “Aku minta maaf, telah sombong… aku menjadi lupa dunia… maaf, maaf,”isakku. Kami semua berpelukan dan menangis….

Tinggalkan komentar

Belum ada komentar.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar